Selasa, 13 Desember 2016

MATERI LENGKAP TENTANG AQIDAH

1 komentar:



AQIDAH
1.    Definisi Aqidah
Aqidah menurut etimologi berasal dari kata al-aqdu , yang bermakna ikatan atau janji atau simpul yang  kuat. Sedangkan   menurut  terminology   mempunyai  dua sudut tinjau yaitu  :
Secara umum  : Aqidah adalah  sebuah  ketetapan   akal  yang  bersifat pasti, baik Hukum  tersebut  bersifat  benar  ataupun   batil.  Kalau  ketetapan   akal   sesuai dengan  kenyataan  dan  sesuai   dengan wahyu  Allah maka dia dinamakan aqidah yang  benar ( Aqidah Ash-shahihah ) dan  akan  melahirkan keselamatan dari siksa Allah,  dan  kebahagiaan dunia  akhirat, seperti  keyakinan  kaum  muslimin  akan keEsa`an  Allah. Dan jika  ketetapan tersebut  tidak sesuai dengan kenyataan dan bertentangan  dengan  Wahyu  Allah  maka dinamakan aqidah yang batil dan akan melahirkan siksa bagim pemeluknya di dunia dan akhirat, seperti keyakinan orang Nasrani yang menyatakan Allah itu salah satu dari tiga sembahan ( trinitas ).
Secara khusus  :  Aqidah  bermakna  aqidah  Islam,  yaitu  keimanan  yang pasti kepada  Allah, para Malaikat , kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya, kepada Hari kiamat, serta   takdir  yang baik dan yang buruk. Serta beriman pada semua yang datang  dar i Alqur`an  dan  Assunah  yang  shahih  berupa  pokok-pokok   agama , perintah  dan  larangan-Nya.  Serta  beriman  dengan  semua yang disepakati oleh para  pendahulu  yang   shaleh   dan  berserah  diri kepada Allah , dan ta`at  pada Rasullulah SAW.  Dengan  kata  lain  makna  Aqidah  secara khusus adalah sesuatu yang   mengharuskan  hati  membenarkannya,  yang  membuat  jiwa  tenang  dan menjadi   kepercayaan   yang   bersih   dari    kebimbangan   dan    keragu-raguan. Aqidah  didalam Alqur`an disebut dengan iman yang artinya, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan amal perbuatan. Allah berfirman dalm surat dalam surat Annisa ayat 136 artinya:  “ Hai orang-orang yang beriman  Tetaplah  beriman  kepada  Allah  dan Rasulnya, dan kepada kitab-kitab   yang Allah Turunkan kepada Rasulnya, serta kitab yang Allah turunkan sebelum-sebelumnya. Barang  Siapa  yang kafir kepada Allah, malaikatNya, kitabNya,Rasul rasulnya Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.

2.    Sumber Aqidah Islam
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Sebab tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun selain Allah yang lebih  mengetahui tentang Allah selain Rasulullah Muhammad SAW.

3.    Kedudukan Aqidah Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah SWT berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
Artinya: “ Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q. S. Al – Kahfi: 110)
Allah SWT juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ.
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
4.    Ruang Lingkup Aqidah Islam
Ruang lingkup aqidah Islam meliputi:
a.    Illahiyat,  yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan (Allah SWT), nama-nama dan sifat Allah, perbuatan-perbuatan Allah dan lain-lain.
b.    Nubuat, Yaitu membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, wahyu dan lain-lain.
c.    Ruhaniyyat, yaitu pembahasan tetntang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisika, seperti halnya malaikat, jin, setan, roh, iblis dan lain-lain.
d.   Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui sami' (dalil naqli al Qur'an dan sunnah), seperti pembahasan tentang alam kubur, akhirat, tanda-tanda kiamat, alam barzah, surga, neraka, dan lain-lain.
5.    Prinsip – Prinsip Aqidah Dalam Agama Islam
a.       Iman kepada Allah
Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa Allah-lah dzat yang paling berhak disembah, karena Dia menciptakan, membina, mendidik dan menyediakan segala kebutuhan manusia.
Iman kepada malaikat

b.      Beriman kepada malaikat adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa Allah menciptakan makhluk dari cahaya. Sifat-sifat malaikat di antaranya :
Ø Selalu patuh dan taat
Ø Sebagai penyampai wahyu
Ø Diciptakan dari cahaya
Ø Mempunyai kemampuan yang luar biasa

c.       Iman kepada kitab suci
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah seluruhnya ada empat :
Ø Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As
Ø Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As
Ø Injil diturunkan kepada Nabi Isa As
Ø Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

d.      Iman kepada Nabi dan Rasul
Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar gembira kepada umat manusia, memberi teladan akhlak mulia dan berpegang teguh terhadap ajaran Allah.
Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi dan Rasul Allah adalah :
Ø Shiddiq artinya benar. Apa yang disabdakan Nabi adalah benar karena Nabi tidak berkata-kata kecuali apa yang diwahyukan Allah SWT.
Ø Amanah artinya dapat dipercaya. Segala urusan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ø Fathanah artinya bijaksana dan cerdas. Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dan menghadapi penentangnya dengan bijaksana.
Ø Tabligh artinya menyampaikan. Nabi menyampaikan kepada umatnya apa yang diwahyukan Allah kepadanya.

e.       Iman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir adalah meyakinibahwa manusia akan mengalami kesudahan dan meminta pertanggung jawaban di kemudian hari.Al-Qu’ran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari kiamat, dengan nama-nama yang unik, misalnya al-zalzalah, al-qari’ah, an-naba’ dan al-qiyamah. Istilah-istilah tersebut mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi manusia pada saat itu.

f.       Iman kepada qada’ dan qadar
Menurut bahasa, qada memiliki beberapa pengertian yaitu : hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan qadar adalah kejadian suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan. Iman kepada qada dan qadar artinya percaya dan yakin  dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.

Para ulama kalam membagi takdir menjadi dua macam, yakni :
Ø  Takdir muallaq adalah takdir yang berkaitan dengan ikhtiar (usaha) manusia. Misalnya : orang miskin berubah menjadi kaya atas kerja kerasnya.
Ø  Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada pada diri manusia dan tidak dapat diubah-ubah. Misalnya : kematian, kelahiran dan jenis kelamin.

6.    Fungsi Aqidah
Aqidah memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a.    Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
b.    Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik.
c.    Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima.
7.    Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber - Sumbernya Menurut Para Shahabat
Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai generasi terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan sekaligus pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini tidak mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah salallahu `alaihi wasalam. Setelah generasi shahabat, kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh generasi berikutnya dari kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi’ut tabi’in. Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ…
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari al-Quran dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang diinformasikan (ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak terdapat dapat dalam kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya. Mereka mencukupkan diri dengan kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau meniadakan suatu pemahaman yang menjadi dasar aqidah atau keyakinan.
Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang mengikuti mereka dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang sama. Di kalangan mereka tidak terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau pun ada perbedaan, maka perbedaan di kalangan mereka hanyalah dalam masalah hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja, bukan dalam masalah-masalah yang pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang terjadi di kalangan para imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767 M), Imam Malik (tahun 712-797), Imam Syafi’i (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun 780-855 M).
Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan yang selamat, sebagaimana sabda beliau,
قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas suatu prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.” (H.R. Tirmidzi)

8.    Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.
9.    Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :
a.       Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
b.      Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."
c.       Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
d.      Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."
e.       Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
f.       Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7.      Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
10.    Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akhirat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah :
1.      Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
2.      Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
3.      Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
4.      Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
5.      Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.

1 komentar:

  1. Caesars Palace Hotel & Casino - HRS
    Book the Caesars Palace Hotel & Casino in New Orleans, LA, 삼척 출장안마 USA 동해 출장안마 & complete your stay reservation today. 안산 출장안마 The casino has 37,000 경산 출장샵 square feet of 군포 출장마사지 gaming space

    BalasHapus

 
back to top